13 Mei 2011

Kontrasepsi Suntik

Menurut World Healt Organisation (WHO) Expert Commite (1970, dalam Hartanto, 2003) Kontrasepsi suntik adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapat objektif–objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Kontrasepsi sendiri juga didefinisikan sebagai obat pencegahan kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini diberikan DMPA. Penyuntikan dilakukan pada otot (gluteus) dibokong dengan suntikan intramuskular dalam atau pada pangkal lengan (deltoid)

Jenis Kontrasepsi Suntik

Menurut Hartanto (2004) jenis kontrasepsi suntik di Indonesia tersedia 3 jenis depo gestagen, yaitu :

1) Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)

Jenis ini terdiri dari berbagai jenis yaitu Depo Provera, DMPA, dan Depo Geston

2) Depo Neretisteron, Enantat/Depo Noristerat

3) Depo Estrogen, Progesteron, misalnya : Ciklofem

Cara Kerja DMPA

Menurut BKKBN (1994) cara kerja DMPA meliputi beberapa cara yaitu : mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita, mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel mani) tidak dapat masuk kedalam rahim. Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan serta dapat mencegah terjadinya ovulasi.

Selain tiga cara kerja tersebut, Saefudin dkk (2003) menambah satu cara lagi cara kerja DMPA yaitu menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Efektifitas Kontrasepsi Suntik

Menurut Hartanto (2003) efektifitas kontrasepsi suntik DMPA yaitu :

1) Sangat efektif sebagai metode kontrasepsi (kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam satu tahun pemakaian DMPA).

2) Kontrasepsi suntik sama efektifnya dengan Pil Oral Kombinasi (POK) yang lebih efektif dari pada IUD.

3) Dosis DMPA dengan daya kerja kontrasepsi yang paling sering dipakai 150 mg atau setiap bulan adalah dosis yang tinggi setelah suntikan 150 mg DMPA ovulasi tidak akan terjadi minimal 14 minggu sehingga terdapat periode atau tenggang waktu selama 2 minggu untuk akseptor kontrasepsi DMPA yang suntik ulang setiap 3 bulan.

4) Penelitian dalam sekala kecil akhir-akhir ini menemukan bahwa dosis lebih rendah, DMPA 100 mg setiap 3 bulan hampir sama efektifnya dengan suntikan 150 mg dengan angka kegagalan 0,44 per 100 wanita pertahun. Sementara pemberian sekali setiap 6 bulan dengan dosis 250, 300, 400 mg DMPA umumnya menunjukan angka kegagalan yang sedikit lebih tinggi 0-36 kehamilan per 100 wanita pertahun.

Indikasi Kontrasepsi Suntik

Menurut Saefudin dkk (2003) indikasi kontrasepsi suntik DMPA meliputi : perempuan usia reproduksi; perempuan nullipara dan Perempuan yang telah memiliki anak; perempuan yang menghendaki jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi; perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai; perempuan setelah melahirkan dan tidak menyusui; perempuan setelah abortus atau keguguran; perempuan yang banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi; perempuan perokok dan perempuan dengan TD < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau perempuan dengan anemi bulan sabit.

Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntik

Menurut Saefudin dkk (2003) menyebutkan bahwa keadaan-keadaan yang tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi suntik adalah perempuan hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kalahiran); perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya; perempuan yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama menorrhagia; perempuan yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan perempuan dengan diabetes mellitus disertai komplikasi.

Selain keadaan tersebut, BKKBN (1994) menambahkan bahwa penderita penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, atau penyakit metabolisme paru berat juga tidak dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi suntik. Manuaba (2001) menambahkan satu keadaan lagi yang tidak dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi suntik yaitu pada wanita yang berumur terlalu tua, karena dapat menimbulkan ostheoporosis.

Keuntungan Kontrasepsi Suntik

Menurut Hartanto (2003) keuntungan kontrasepsi suntik yaitu sangat efektif, pencegahan kehamilan janghka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, membantu mencegah kanker endometrium, dapat digunakan oleh perempuan usian lebih dari 35 tahun. Selain keuntungan tersebut, Manuaba (1998) menambahkan bahwa keuntungan kontrasepsi suntik bahkan dapat menambah jumlah ASI dan tidak mengganggu tumbuh kembang bayi. Sastrawinata (1980) menambahkan satu lagi keuntungan dari kontrasepsi suntik yaitu lebih mudah digunakan dan tidak setiap hari seperti menelan pil.

Kerugian Kontrasepsi Suntik

Menurut Saifuddin dkk ( 2003) kerugian kontrasepsi suntik yaitu : sering ditemukan gangguan haid; akseptor sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan); tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut; terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, bukan karena terjadinya kerusakan / kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari tempat suntikan; pada jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang dan dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang) sakit kepala nervesitas, jerawat. Selain kerugian tersebut Manuaba (2001) menambahkan satu kerugian kontrasepsi suntik lagi yaitu masih terjadi kemungkinan hamil.

Cara Pemberian

Cara pemberian kontrasepsi suntik meliputi:

1) Kontrasepsi suntik DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan intramuskular dalam, didaerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntik akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari atau 3 bulan.

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan alkohol yang dibasahi dengan etil atau isopropyl alkohol 60-90 %. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kulit kering baru disuntikan.

3) Kocok dengan baik dan hindarkan gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi adalah sebagai berikut :

· Faktor pasangan (motivasi dan rehabilitasi). Meliputi : Umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah anak yang diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan dan sikap kepriaan.

· Faktor Kesehatan (Kontraindikasi absolut atau relatif). Meliputi : Status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik.

· Faktor Metode Kontrasepsi (Penerimaan dan pemakaian berkesinambungan). Meliputi : Efektifitas, efek samping minor, kerugian, komplikasi potensial dan biaya.

Banyaknya wanita menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak

Konseling Kontrasepsi juga merupakan hal yang sangat penting, karena dapat membantu klien keluar dari berbagai pilihan dan alternatif masalah kesehatan reproduksi dan Kontrasepsi. Konseling yang baik membuat klien puas (satisfied). Juga membantunya dalam menggunakan metode Kontrasepsi secara konsisten dan suskes. Konseling yang baik terutama untuk klien yang baru pertama kali menggunakan alat Kontrasepsi, ada 6 prinsip yang perlu diperhatikan. Konseling yang baik tidak banyak menyita waktu, yang penting informasi yang diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan klien. Untung dan rugi dari kontrasepsi ini penting juga untuk diperhatikan, mengingat kerugian bagi kebanyakan orang, justru keuntungan bagi yang lainnya. Contoh, seorang wanita memilih injeksi, sebaliknya yang lain menghindarinya dengan alasan takut diinjeksi


Referensi :

Saifuddin, AB et. all. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. YBPSP. Jakarta.

Saifuddin, AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar