13 Mei 2011

Air Ketuban Hijau

Tak jarang ada ibu hamil yang beranggapan bahwa mengkonsumsi daun papaya atau minum jamu saat hamil dapat mengakibatkan air ketuban berwarna hijau. Menurut suatu riset, warna air ketuban tidak ada hubungannya dengan makanan atau minuman yang diasup oleh ibu hamil.

Menurut dr Ridwan, air ketuban umumnya tidak berwarna / transparan / bening hingga pink tawar. Sedangkan ketuban yang berwarna hijau disebut meconium. Ini berasal dari produk sisa pencernaan bayi (BAB bayi) yang berada dalam ususnya. Berwarna hijau karena memang pewarnaan hijau yang berasal dari hasil pencernaan si bayi yang disebabkan oleh empedu bayi. Meconium ini seharusnya tidak keluar secara langsung tetapi diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh bayi. Baru setelah bayi lahir, keluar sebagai BAB. Jadi meconium ini seharusnya tidak dikeluarkan di dalam kandungan, artinya selama dalam kandungan normalnya bayi tidak akan BAB.

Tapi mengapa bayi sampai mengeluarkan BAB-nya padahal masih dalam kandungan? Bayi selama dalam kandungan belum mulai bernafas, bayi mendapatkan suplai oksegen dari ibunya yang dibawa oleh darah melalui tali pusat. Selain oksigen, tali pusat juga membawa makanan. Maka dari itu, segala bentuk gangguan yang terjadi pada tali pusat yang mengganggu aliran darah dapat berakibat fatal bagi bayi. Gangguan tersebut misalnya lilitan tali pusat atau tali pusat terjepit oleh bagian tubuh bayi maka hal ini mengakibatkan bayi akan kekurangan oksigen, menyebabkan sphincter ani (anusnya) akan terbuka atau otot yang mengatur penutupan anus akan melemah dan terbuka, sehingga terjadi meconium yang mengotori air ketuban. Karena meconium berwarna hijau maka air ketuban pun akan hijau.

Pengeluaran meconium juga dapat terjadi bila bayi sudah lewat bulan. Bayi yang sudah lewat bulan fungsi saluran cerna sudah matang, sehingga mengeluarkan meconium. Pada kehamilan yang lewat waktu, sebanyak 30 persennya terjadi ketuban berwarna kehijauan.

Kondisi paling berbahaya adalah saat melahirkan, jika air ketuban berwarna hijau apalagi hijau kental dikhawatirkan bayi dapat terkena sindrom aspirasi meconium (Meconium Aspiration Syndrom) yaitu meconium terhisap oleh bayi pada saat lahir dan masuk ke paru-paru. Jika hal ini terjadi maka akan membahayakan bayi bahkan meningkatkan angka kematian bayi baru lahir.

Sumber :

Dari berbagai sumber

Pola Penggunaan Kontrasepsi Rasional

Pola penggunaan kontrasepsi yang rasional, maka kehidupan reproduksi wanita dibagi dalam 3 (tiga) yaitu :

1) Masa menunda kehamilan :

(a) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

(1) Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.

(2) Efektifitas yang tinggi, artinya tingkat terjadinya kegagalan pada pemakaian alat kontrasepsi ini kecil, karena kegagalan akan menyebabkan kehamilan dengan risiko tinggi.

(b) Kontrasepsi yang cocok:

Sesuai dengan ciri-ciri yang diperlukan, maka prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan adalah Pil KB, disusul AKDR dan kemudian cara sederhana.

(c) Alasan:

(1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan dan secara psikologi masih belum matang.

(2) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena reversibilitasnya tinggi.

(3) Penggunaan AKDR bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini merupakan pilihan terakhir, terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi terhadap pil oral.

2) Masa mengatur kehamilan :

(a) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

(1) Efektifitas cukup tinggi.

(2) Reversibilitas cukup tinggi, karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.

(3) Dapat dipakai 3 sampai 4 tahun, yaitu sesuai dengan jarak kehamilan yang direncanakan.

(4) Tidak menghambat air susu ibu (ASI)

(b) Kontrasepsi yang cocok:

Prioritas pertama kontrasepsi yang di sarankan pada masa ini adalah AKDR, disusul Pil, Suntikan, cara sederhana, Implant dan kontrasepsi mantap.

(c) Alasan:

(1) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.

(2) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai AKDR sebagai pilihan utama.

3) Masa mengakhiri kehamilan :

(a) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan:

(1) Efektifitas sangat tinggi.

(2) Dapat dipakai untuk jangka panjang.

(3) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Beberapa kelainan pada usia tua seperti penyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut.

(b) Kontrasepsi yang cocok:

Prioritas utama kontrasepsi yang disarankan pada masa ini adalah kontrasepsi mantap (Kontap), disusul susuk KB, AKDR, Suntikan KB, Pil KB dan cara sederhana.

(c) Alasan:

(1) Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/ tidak punya anak lagi.

(2) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

(3) Susuk KB dan AKDR bisa merupakan pilihan berikutnya apabila belum tersedia menggunakan kontrasepsi mantap.

(4) Pil kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan meningkatkan penyakit-penyakit yang sudah ada.

Perilaku Komunikasi Interpersonal atau Konseling (KIP/K) dalam pelayanan ANC

a. Pengertian konseling

Konseling adalah proses komunikasi antara seseorang (konselor) dengan orang lain. (Depkes RI, 2000:32).

Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar / upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifudin, Abdul Bari dkk, 2001:39 )

Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan, dan perasaan klien ( Saraswati, Lukman, 2002:15)

b. Tujuan Konseling ( KIP/K)

Membantu klien melihat permasalahannya supaya lebih jelas sehingga klien dapat memilih sendiri jalan keluarnya.

c. Ketrampilan – ketrampilan yang harus dimiliki oleh Konselor

1) Ketrampilan Observasi

Hal – hal yang ada dalam ketrampilan observasi yaitu :

a) Tingkah laku non verbal klien

Cara menatap, bahasa tubuh, kualitas suara, merupakan indikator penting yang mengungkapkan apa yang sedang terjadi pada klien.

b) Tingkah laku verbal klien

Kapan klien beralih topik, apa saja kata-kata kunci, penjelasan-penjelasan yang disampaikan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

c) Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal

Seorang bidan yang tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa konflik/ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara dua buah pernyataan, antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan.

2) Ketrampilan Mendengar

Terdapat empat bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu :

a) Mendengar Pasif (Diam)

Dilakukan bila klien sedang menceritakan masalahnya : berbicara tanpa henti, menggebu-gebu dengan ekspresi perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila berhenti sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk memberi kesempatan menenangkan diri.

b) Memberi tanda perhatian verbal dan non verbal

Dilakukan sewaktu klien berbicara panjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.

c) Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi

Dilakukan bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien.

d) Mendengar Aktif

Yaitu dengan memberikan umpan balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.

e) Refleksi Isi atau Parahasing

Adalah menyatakan kembali ucapan klien dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada klien tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan klien.

f) Refleksi Perasaan

Adalah mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata verbal klien.

3) Ketrampilan Bertanya

Jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi pertanyaan tertutup dan terbuka. ertanyaan Tertutup untuk mengumpulkan informasi yang factual; Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses pengambilan keputusan; klien hanya memberikan informasi yang bersangkutan dengan pertanyaan saja. Sedangkan Pertanyaan Terbuka, yaitu biasanya memakai kata tanya “bagaimana“ atau “apa“; Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan; Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.

d. Pengetahuan, Ketrampilan dan Sikap yang Harus Dimiliki oleh Konselor

Perilaku bidan dalam melaksanakan tugas sebagai komunikator maupun konselor dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu :

Pengetahuan (Kognitif), meliputi pengetahuan tentang : Kesehatan, Ilmu kebidanan dan kandungan; Masalah yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan pasca; Persalinan dan upaya pencegahan serta penatalaksanaanya; Keyakinan akan adat isitiadat, norma tertentu; Hubungan antar manusia; dan Psikologi

Ketrampilan (Psikomotorik), meliputi keterampilan dalam : Membantu proses persalinan dan berbagai masalah kesehatan; Menggunakan alat-alat pemeriksaan tubuh klien; Menggunakan alat bantu visual untuk membantu pemberian informasi kepada klien; Mengatasi situasi genting yang dihadapi klien; dan Membuat keputusan

Sikap (Afektif), antara lain : Mempunyai motivasi tinggi untuk menolong orang lain; Bersikap ramah, sopan , dan santun; Menerima klien apa adanya; Berempati terhadap klien; Membantu dengan tulus; Terbuka terhadap pendapat orang lain

e. Faktor – Faktor Penghambat KIP/K

1) Faktor Individual

Orientasi cultural (keterikatan budaya) merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari : Faktor fisik – kepekaan panca indera (kemampuan untuk melihat, mendengar…), usia, gender (jenis kelamin); Sudut pandang – nilai –nilai; Faktor sosial- sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status sosial, peran sosial; dan Bahasa

2) Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi

Faktor ini antara lain : Tujuan dan harapan terhadap komunikasi; Sikap terhadap interaksi; Pembawaan diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan);

3) Faktor Situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan kesehatan antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan antara polisi dengan pelanggar lalu lintas.

4) Kompetensi dalam melakukan percakapan

Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah : kegagalan menyampaikan informasi penting; perpindahan topic bicara yang tidak lancar; dan salah pengertian

f. Perilaku Komunikasi Interpersonal atau Konseling (KIP/K) dalam pelayanan ANC

Tempat pelayanan kesehatan tidak hanya mudah dijangkau oleh masyarakat, melainkan dapat merupakan tempat yang aman dan nyaman apabila masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang baik, tidak hanya dipandang dari kelengkapan saranaya saja, melainkan juga dari kemampuan para tenaga pemberi pelayanan kesehatan. Kemampuan pemberi pelayanan kesehatan dalam teknis medis memang merupakan hal yang penting, namun kemampuan tersebut tidaklah dapat memberikan rasa puas kepada klien yang dilayaninya, apabila tidak diimbangi dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Kemampuan berkomunikasi ini besar maknanya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, yaitu untuk menciptakan hubungan yang baik antara tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2002)

Menurut Depkes RI (2002) klien yang datang ke tempat pelayanan kesehatan pada umumnya tidak hanya membutuhkan pelayanan medis saja, melainkan sangat membutuhkan perhatian serta berbagai informasi kesehatan sesuai dengan masalah yang sedang dihadapinya. Termasuk sikap dan perilaku yang baik dan profesional dari pemberi pelayanan kesehatan. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka klien akan mempunyai penilaian kurang puas terhadap pelayanan kesehatan serta mempunyai image negatif terhadap pelayanan kesehatan tersebut.

Perilaku Komunikasi Interpersonal atau Konseling dalam pelayanan ANC salah satunya mengacu pada hal-hal sebagai berikut : (Depkes RI, 2002)

1) Salam :

Memberi salam terhadap klien (menciptakan hubungan). Menyambut kedatangan dan memberikan perhatian

2) Tanya :

Menanyakan kepada pasien untuk menjajagi pengetahuan, perasaan, dan kebutuhan pasien tentang pelayanaan Antenatal Care

3) Uraikan :

Menguraikan dan menyediakan informasi tentang hasil pemeriksaan Antenatal Care

4) Bantu :

Membantu pasien untuk mengambil keputusan sesaui hasil pemeriksaan dengan keadaan dan kebutuhannya

5) Jelaskan :

Menjelaskan secara lebih rinci tentang tentang hasil pemeriksaan Antenatal Care yang berhubungan dengan ibu hamil

6) Ulang :

Memberikan penjelasan tentang kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan atau merujuk ke tempat pelayanan lain bila diperlukan.

Kontrasepsi Suntik

Menurut World Healt Organisation (WHO) Expert Commite (1970, dalam Hartanto, 2003) Kontrasepsi suntik adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapat objektif–objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Kontrasepsi sendiri juga didefinisikan sebagai obat pencegahan kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada wanita subur. Obat ini diberikan DMPA. Penyuntikan dilakukan pada otot (gluteus) dibokong dengan suntikan intramuskular dalam atau pada pangkal lengan (deltoid)

Jenis Kontrasepsi Suntik

Menurut Hartanto (2004) jenis kontrasepsi suntik di Indonesia tersedia 3 jenis depo gestagen, yaitu :

1) Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)

Jenis ini terdiri dari berbagai jenis yaitu Depo Provera, DMPA, dan Depo Geston

2) Depo Neretisteron, Enantat/Depo Noristerat

3) Depo Estrogen, Progesteron, misalnya : Ciklofem

Cara Kerja DMPA

Menurut BKKBN (1994) cara kerja DMPA meliputi beberapa cara yaitu : mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita, mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel mani) tidak dapat masuk kedalam rahim. Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk kehamilan serta dapat mencegah terjadinya ovulasi.

Selain tiga cara kerja tersebut, Saefudin dkk (2003) menambah satu cara lagi cara kerja DMPA yaitu menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Efektifitas Kontrasepsi Suntik

Menurut Hartanto (2003) efektifitas kontrasepsi suntik DMPA yaitu :

1) Sangat efektif sebagai metode kontrasepsi (kurang dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam satu tahun pemakaian DMPA).

2) Kontrasepsi suntik sama efektifnya dengan Pil Oral Kombinasi (POK) yang lebih efektif dari pada IUD.

3) Dosis DMPA dengan daya kerja kontrasepsi yang paling sering dipakai 150 mg atau setiap bulan adalah dosis yang tinggi setelah suntikan 150 mg DMPA ovulasi tidak akan terjadi minimal 14 minggu sehingga terdapat periode atau tenggang waktu selama 2 minggu untuk akseptor kontrasepsi DMPA yang suntik ulang setiap 3 bulan.

4) Penelitian dalam sekala kecil akhir-akhir ini menemukan bahwa dosis lebih rendah, DMPA 100 mg setiap 3 bulan hampir sama efektifnya dengan suntikan 150 mg dengan angka kegagalan 0,44 per 100 wanita pertahun. Sementara pemberian sekali setiap 6 bulan dengan dosis 250, 300, 400 mg DMPA umumnya menunjukan angka kegagalan yang sedikit lebih tinggi 0-36 kehamilan per 100 wanita pertahun.

Indikasi Kontrasepsi Suntik

Menurut Saefudin dkk (2003) indikasi kontrasepsi suntik DMPA meliputi : perempuan usia reproduksi; perempuan nullipara dan Perempuan yang telah memiliki anak; perempuan yang menghendaki jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi; perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai; perempuan setelah melahirkan dan tidak menyusui; perempuan setelah abortus atau keguguran; perempuan yang banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi; perempuan perokok dan perempuan dengan TD < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau perempuan dengan anemi bulan sabit.

Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntik

Menurut Saefudin dkk (2003) menyebutkan bahwa keadaan-keadaan yang tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi suntik adalah perempuan hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kalahiran); perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya; perempuan yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama menorrhagia; perempuan yang menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan perempuan dengan diabetes mellitus disertai komplikasi.

Selain keadaan tersebut, BKKBN (1994) menambahkan bahwa penderita penyakit jantung, hati, darah tinggi, kencing manis, atau penyakit metabolisme paru berat juga tidak dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi suntik. Manuaba (2001) menambahkan satu keadaan lagi yang tidak dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi suntik yaitu pada wanita yang berumur terlalu tua, karena dapat menimbulkan ostheoporosis.

Keuntungan Kontrasepsi Suntik

Menurut Hartanto (2003) keuntungan kontrasepsi suntik yaitu sangat efektif, pencegahan kehamilan janghka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak memiliki pengaruh terhadap ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, membantu mencegah kanker endometrium, dapat digunakan oleh perempuan usian lebih dari 35 tahun. Selain keuntungan tersebut, Manuaba (1998) menambahkan bahwa keuntungan kontrasepsi suntik bahkan dapat menambah jumlah ASI dan tidak mengganggu tumbuh kembang bayi. Sastrawinata (1980) menambahkan satu lagi keuntungan dari kontrasepsi suntik yaitu lebih mudah digunakan dan tidak setiap hari seperti menelan pil.

Kerugian Kontrasepsi Suntik

Menurut Saifuddin dkk ( 2003) kerugian kontrasepsi suntik yaitu : sering ditemukan gangguan haid; akseptor sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan); tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut; terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, bukan karena terjadinya kerusakan / kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari tempat suntikan; pada jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang dan dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang) sakit kepala nervesitas, jerawat. Selain kerugian tersebut Manuaba (2001) menambahkan satu kerugian kontrasepsi suntik lagi yaitu masih terjadi kemungkinan hamil.

Cara Pemberian

Cara pemberian kontrasepsi suntik meliputi:

1) Kontrasepsi suntik DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan intramuskular dalam, didaerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntik akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari atau 3 bulan.

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan alkohol yang dibasahi dengan etil atau isopropyl alkohol 60-90 %. Biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kulit kering baru disuntikan.

3) Kocok dengan baik dan hindarkan gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi adalah sebagai berikut :

· Faktor pasangan (motivasi dan rehabilitasi). Meliputi : Umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah anak yang diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan dan sikap kepriaan.

· Faktor Kesehatan (Kontraindikasi absolut atau relatif). Meliputi : Status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik.

· Faktor Metode Kontrasepsi (Penerimaan dan pemakaian berkesinambungan). Meliputi : Efektifitas, efek samping minor, kerugian, komplikasi potensial dan biaya.

Banyaknya wanita menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak

Konseling Kontrasepsi juga merupakan hal yang sangat penting, karena dapat membantu klien keluar dari berbagai pilihan dan alternatif masalah kesehatan reproduksi dan Kontrasepsi. Konseling yang baik membuat klien puas (satisfied). Juga membantunya dalam menggunakan metode Kontrasepsi secara konsisten dan suskes. Konseling yang baik terutama untuk klien yang baru pertama kali menggunakan alat Kontrasepsi, ada 6 prinsip yang perlu diperhatikan. Konseling yang baik tidak banyak menyita waktu, yang penting informasi yang diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan klien. Untung dan rugi dari kontrasepsi ini penting juga untuk diperhatikan, mengingat kerugian bagi kebanyakan orang, justru keuntungan bagi yang lainnya. Contoh, seorang wanita memilih injeksi, sebaliknya yang lain menghindarinya dengan alasan takut diinjeksi


Referensi :

Saifuddin, AB et. all. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. YBPSP. Jakarta.

Saifuddin, AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

10 Mei 2011

Bulan bhakti Gotong Royong sebagai salah satu sistem penguat Desa Siaga

Desa Danasri Lor sebagai salah satu desa binaan Puskesmas Nusawungu I pada hari Rabu, 4 Mei 2011 telah dilaksanakan pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong 2011 oleh Drs Warsidi, Msi Camat Nusawungu.

Upacara pencanangan ini dilaksanakan di halaman kediaman Kepala Desa Danasri Lor, Ibu Sriyani. Pada kegiatan ini selain dilaksanakan kerja bhakti massal kebersihan lingkungan, juga diberikan bantuan alat pembasmi hama tikus oleh Camat Nusawungu didampingi Muspika dan Kepala desa Danasri Lor.

Menurut Kepala Puskesmas Nusawungu I, Hudaefah, SKM, Mkes, bulan bhakti gotong royong ini dapat sebagai penguat Desa Siaga yang sudah terbentuk, karena salah satu pilar pengembangan desa siaga adalah adanya sistem gotong royong dimasyaraka dalam mengatasi masalah kesehatan, kegawat daruratan dan bencana.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam pelaksanaan Gerakan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) kegiatan yang dilaksanakan, meliputi :

1. Bidang kemasyarakatan

2. Bidang ekonomi

3. Bidang sosial budaya dan agama

4. Bidang lingkungan

Khusus dalam bidang sosial budaya dan agama, banyak kegiatan yang menunjang terwujudnya

suatu masyarakat yang sehat. Beberapa kegiatan antara lain :

· Penyuluhan kesehatan, seperti kesehatan ibu dan bayi, kesehatan anak, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan lingkungan dan sanitasi.

· Pelayanan kesehatan massal, seperti pelayanan posyandu lansia, imunisasi, puskesmas keliling dll

· Lomba kesehatan, seperti lomba balita sehat, lomba posyandu, lomba makanan sehat dll

· Pembangunan dan pemeliharaan sarana kesehatan desa seperti PKD dan posyandu

· Pembangunan dan pemeliharaan sarana olah raga

· Dll.

Lomba Balita Sehat

Masa lima tahun pertama (balita) adalah periode emas bagi perkembangan motorik anak, karena pada usia ini fisik anak masih lentur, juga mudah diarahkan. Ditambah dengan ketertarikannya yang sangat tinggi untuk bereksplorasi dengan hal-hal yang ada disekitarnya yang selalu merangsang minat ingin tahunya, sehingga sepertinya tidak mengenal rasa takut. Selain itu perkembangan motorik juga berpengaruh terhadap perkembangan anak yang lain, pada anak-anak yang baik perkembangan motoriknya, biasanya juga memiliki ketrampilan sosial yang lebih baik dibanding anak-anak yang cenderung pasif dan tidak terampil (Dira, 2008 )


kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan susah dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pound, kilogram ), ukuran panjang ( cm, meter ), umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembngan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ –organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelktual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih,1995).

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “ bio-fisiko-psiko-sosial “ yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya ( Soetjiningsih 1995 )

Menurut Koordinator Program Gizi Puskesmas Nusawungu I, Runi Rahayu, AMG tujuan lomba balita sehat ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran orang tua terhadap putra-putri untuk membina tumbuh kembang balita secara optimal. Selain itu "Melalui kegiatan ini sekaligus diharapkan dapat memberikan motivasi bagi orangtua serta para kader dalam memantau tumbuh kembang balita", sebagaimana disampaikan Hudaefah, SKM, Mkes selaku Kepala Puskesmas.

Lomba balita di Puskesmas Nusawungu I diikuti oleh perwakilan dari 9 Desa ,yaitu kedungbenda, klumprit, nusawungu, danasri, danasri lor, danasri kidul, sikanco, banjarwaru dan karangputat. Masing-masing desa mengirimkan peserta dengan kategori umur 6 – 24 bulan dan 2 – 5 tahun.

Penilaian Lomba Balita Sehat dilakukan oelh Tim Juri yang terdiri dari unsur tenaga kesehatan dan TP PKK meliputi penilaian tentang antropometri, kesehatan anak, imunisasi, gizi dan perkembangan, kesehatan gigi dan mulut, psikologi anak, keadaan lingkungan tempat tinggal serta penilaian asah, asih, asuh dari balita yang bersangkutan.

Lomba dimulai pukul 08.00 diawali dengan permainan edukatif bagi anak sekaligus pembagian doorprize mainan edukatif. Kemudian masing-masing juri melakukan penilaian satu per satu terhadap balita peserta lomba. Hasil penilaian akhir, sebagai Juara Lomba Balita Sehat

Kategori Umur 6-24 bulan Nathan Alyuno, Tanggal Lahir 05-09-2010, Nama Orangtua Sri Wahyuni, Alamat Karangputat RT 1 RW I, Nusawungu, Cilacap

Kategori Umur 2-5 tahun, Retro Fatah Laksono, Tanggal Lahir 18-11-2008, Nama Orangtua Titis Kusumawati, Alamat Banjarwaru RT 3 RW II, Nusawungu, Cilacap

Penyerahan hadiah lomba diberikan oleh Ny. Calvinianto selaku wakil ketua TP PKK Kecamatan Nusawungu sekaligus sebagai salah satu Juri lomba.

02 Mei 2011

Kelainan Metabolisme Bawaan dan Diagnosis Prenatal

Definition :

Kelainan Bawaan (Kelainan Kongenital) adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Sekitar 3-4% bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat. Beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan bersifat ringan.

Cause:
Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan bawaan memiliki orang tua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti semua nasihat dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang memilii kelainan bawaan. 60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui; sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari keduanya.

Kelainan struktur atau kelainan metabolisme terjadi akibat:

 hilangnya bagian tubuh tertentu

 kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu

 kelainan bawaan pada kimia tubuh.

 Kelainan struktur utama yang paling sering ditemukan adalah kelainan jantung, diikuti oleh spina bifida dan hipospadia.

 Kelainan metabolisme biasanya berupa hilangnya enzim
Contoh dari kelainan metabolisme adalah penyakit Tay-Sachs (penyakit fatal pada sistem saraf pusat) dan fenilketonuria.

Penyebab lain dari kelainan bawaan adalah :

  1. Pemakaian alkohol oleh ibu hamil

Pemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin dan obat-obat tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebakan kelainan bawaan.

2. Penyakit Rh, terjadi jika ibu dan bayi memiliki faktor Rh yang berbeda.


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko kelainan bawaan:

1. Teratogenik

Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan.
Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen.
Secara umum, seorang wanita hamil sebaiknya :

a. mengkonsultasikan dengan dokternya setiap obat yang dia minum

b. berhenti merokok

c. tidak mengkonsumsi alkohol

d. tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak.


Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat menyebabkan sejumlah kelainan bawaan :

  1. Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau pendengaran, kelainan jantung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy
  2. Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata yang bisa berakibat fatal, gangguan pendengaran, ketidakmampuan belajar, pembesaran hati atau limpa, keterbelakangan mental dan cerebral palsy
  3. Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan penglihatan atau pendengaran serta kematian bayi
  4. Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental.

2. Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik.
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifidatabung saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.

3. Faktor fisik pada rahim


Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera.
Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.
Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan air kemih.
Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus).

4. Faktor genetik dan kromosom


Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua.
Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.

Pola pewarisan kelainan genetik:

  • Autosom dominan
    Jika suatu kelainan atau penyakit timbul meskipun hanya terdapat 1 gen yang cacat dari salah satu orang tuanya, maka keadaannya disebut autosom dominan.
    Contohnya adalah akondroplasia dan sindroma Marfan.
  • Autosom resesif
    Jika untuk terjadinya suatu kelainan bawaan diperlukan 2 gen yang masing-masing berasal dari kedua orang tua, maka keadaannya disebut autosom resesif.
    Contohnya adalah penyakit Tay-Sachs atau kistik fibrosis.
  • X-linked
    Jika seorang anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari ibunya, maka keadaannya disebut X-linked, karena gen tersebut dibawa oleh kromosom X.
    Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya (perempuan memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah), karena itu gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan karena laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen tersebut.
    Contohnya adalah hemofilia dan buta warna.

5. Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom

Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bayi terlahir dengan kromosom yang telah mengalami kerusakan.

Contoh dari kelainan bawaan akibat kelainan pada kromosom adalah sindroma Down.

Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya.

Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi
genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan). Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.

Beberapa kelainan bawaan yang sering ditemukan:

§ Celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing)
Terjadi jika selama masa perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
Bibir sumbing adalah suatu celah diantara bibir bagian atas dengan hidung.
Langit-langit sumbing adalah suatu celah diantara langit-langit mulut dengan rongga hidung.

§ Defek tabung saraf
Terjadi pada awal kehamilan, yaitu pada saat terbentuknya bakal otak dan korda spinalis. Dalam keadaan normal, struktur tersebut melipat membentuk tabung pada hari ke 29 setelah pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan terjadi defek tabung saraf.
Bayi yang memiliki kelainan ini banyak yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera setelah lahir.
2 macam defek tabung saraf yang paling sering ditemukan:
- Spina bifida, terjadi jika kolumna spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda spinalis.
- Anensefalus, terjadi jika beberapa bagian otak tidak terbentuk.

§ Kelainan jantung
- Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri dan kanan)
- Patent ductus arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya)
- Stenosis katup aorta atau pulmonalis
- Koartasio aorta (penyempitan aorta)
- Transposisi arteri besar (kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis)
- Sindroma hipoplasia jantung kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk sempurna)
- Tetralogi Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi arteri besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti-kejang fenitoin, talidomid dan obat kemoterapi).
Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes selama hamil.

§ Cerebral palsy
Biasanya baru diketahui beberapa minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir, tergantung kepada beratnya kelainan.

§ Clubfoot
Istilah clubfoot digunakan untuk menggambarkan sekumpulan kelainan struktur pada kaki dan pergelangan kaki, dimana terjadi kelainan pada pembentukan tulang, sendi, otot dan pembuluh darah.

§ Dislokasi panggul bawaan
Terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam kantung panggul.

§ Hipotiroidisme kongenital
Terjadi jika bayi tidak memiliki kelenjar tiroid atau jika kelenjar tiroid tidak terbentuk secara sempurna.

§ Fibrosis kistik
Penyakit ini terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pencernaan. Tubuh tidak mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk lendir yang kental dan lengket.

§ Defek saluran pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar, rektum serta anus.
Diantaranya adalah:
- Atresia esofagus (kerongkongan tidak terbentuk sempurna)
- Hernia diafragmatika
- Stenosis pilorus
- Penyakit Hirschsprung
- Gastroskisis dan omfalokel
- Atresia anus
- Atresia bilier

§ Sindroma Down
Merupakan sekumpulan kelainan yang terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dengan kelebihan kromosom nomor 21 pada sel-selnya.
Mereka mengalami keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan gambaran fisik lainnya yang khas; kelainan ini sering disertai dengan kelainan jantung.

§ Fenilketonuria
Merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi pengolahan protein oleh tubuh dan bisa menyebabkan keterbelakangan mental.
Bayi yang terlahir dengan fenilketonuria tampak normal, tetapi jika tidak diobati mereka akan mengalami gangguan perkembangan yang baru terlihat ketika usianya mencapai 1 tahun.

§ Sindroma X yang rapuh
Sindroma ini ditandai dengan gangguan mental, mulai dari ketidakmampuan belajar sampai keterbelakangan mental, perilaku autis dan gangguan pemusatan perhatian serta hiperaktivitas.
Gambaran fisiknya khas, yaitu wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar dan persendiannya sangat lentur (terutama sendi pada jari tangan).
Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.

§ Distrofi otot
Distrofi otot adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan lebih dari 40 macam penyakit otot yang berlainan, yang kesemuanya ditandai dengan kelemahan dan kemunduran yang progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.

§ Anemia sel sabit
Merupakan suatu kelainan sel darah merah yang memiliki bentuk abnormal (seperti bulan sabit), yang menyebabkan anemia kronis, serangan nyeri dan gangguan kesehatan lainnya.

§ Penyakit Tay-Sachs
Penyakit ini menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kebutaan, demensia, kelumpuhan, kejang dan ketulian.

Sindroma alkohol pada janin
Sindroma in ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, keterbelakangan mental, kelainan pada wajah dan kelainan pada sistem saraf pusat.

Diagnose Prenatal :
Selama menjalani perawatan prenatal, ada beberapa jenis tes yang ditawarkan kepada semua wanita hamil (tes skrining) dan ada pula beberapa jenis tes yang ditawarkan hanya kepada wanita/pasangan suami-istri yang memiliki faktor resiko (tes diagnostik).
Tidak ada tes yang sempurna. Seorang bayi mungkin saja terlahir dengan kelainan bawaan meskipun hasil tesnya negatif. Jika tes memberikan hasil yang positif, biasanya perlu dilakukan tes lebih lanjut.


Tes skrining

Tes skrining dilakukan meskipun seorang wanita hamil tidak memiliki gejala maupun faktor resiko.
Bila tes skrining menunjukkan hasil positif, dianjurkan untuk menjalani tes diagnostik.

Skrining prenatal bisa membantu menentukan adanya infeksi atau keadaan lain pada ibu yang berbahaya bagi janin dan membantu menentukan adanya kelainan bawaan tertentu pada janin.
Tes skrining terdiri dari:

· Pemeriksaan darah

· Pemeriksaan USG.

Tes diagnostik

Tes diagnostik biasanya dilakukan jika tes skrining memberikan hasil positif atau jika wanita hamil memiliki faktor resiko.
Tes diagnostik terdiri dari:

· Amniosentesis

· Contoh vili korion

· Contoh darah janin

· Pemeriksaan USG yang lebih mendetil.

Kelainan bawaan yang bisa diketahui melalui skrining prenatal adalah:

· Defek tabung saraf (spina bifida, anensefalus)

· Sindroma Down

· Kelainan kromosom lainnya

· Kelainan metabolisme yang diturunkan

· Kelainan jantung bawaan

· Kelainan bentuk saluran pencernaan dan ginjal

· Sumbing bibir atau langit-langit mulut

· Kelainan bawaan tertentu pada anggota gerak

· Tumor bawaan.

Prevention :
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan:

· Tidak merokok dan menghindari asap rokok

· Menghindari alkohol

· Menghindari obat terlarang

· Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal

· Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup

· Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin

· Mengkonsumsi suplemen asam folat

· Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi

· Menghindari zat-zat yang berbahaya.


Vaksinasi

Vaksinasi membantu mencegah penyakit akibat infeksi. Meskipun semua vaksin aman diberikan pada masa hamil, tetapi akan lebih baik jika semua vaksin yang dibutuhkan telah dilaksanakan sebelum hamil.
Seorang wanita sebaiknya menjalani vaksinasi berikut:

  • Minimal 3 bulan sebelum hamil : MMR
  • Minimal 1 bulan sebelum hamil : varicella
  • Aman diberikan pada saat hamil
    - Booster tetanus-difteri (setiap 10 tahun)
    - Vaksin hepatitis A
    - Vaksin hepatitis B
    - Vaksin influenza (jika pada musim flu kehamilan akan memasuki trimester kedua atau ketiga)
    - Vaksin pneumokokus.

Zat yang berbahaya
Beberapa zat yang berbahaya selama kehamilan:

· Alkohol

· Androgen dan turunan testosteron (misalnya danazol)

· Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors (misalnya enalapril, captopril)

· Turunan kumarin (misalnya warfarin)

· Carbamazepine

· Antagonis asam folat (misalnya metotrexat dan aminopterin)

· Cocain

· Dietilstilbestrol

· Timah hitam

· Lithium

· Merkuri organik

· Phenitoin

· Streptomycin dan kanamycin

· Tetrasyclin

· Talidomide

· Trimethadion dan paramethadion

· Asam valproat

· Vitamin A dan turunannya (misalnya isotretinoin, etretinat dan retinoid)

· Infeksi

· Radiasi.


Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.